Karier, Cinta dan Timbangan : Sebuah Esai Tentang Film “Imperfect” (2019)

“Imperfect” adalah sebuah film indonesia bergendre romantic comedy yang di sutradarai oleh Ernest Prakasa adaptasi dari novel Imperfect : A Journey to Self-Acceptance karya Meira Anastasia, istrinya sendiri dan di produksi oleh Starvision Plus. Film ini bercerita tentang seorang karyawan perusahaan kosmetik yang tidak percaya diri dengan keadaan fisiknya dan merubahnya untuk mendapatkan sebuah promosi jabatan. Dilihat dari sinopsis film ini. Film ini memang berusaha untuk mengangkat tema body shaming, insecurity serta bagaimana perempuan menghadapi tekanan, standar kecantikan yang tidak realistis. Buat saya pribadi, film ini menyuguhkan sebuah realita yang memang terjadi dikehidupan kita sehari-hari. Namun, dibalut dengan drama cinta yang menarik serta komedi yang tidak garing. Ketika menonton film ini tidak biasanya pula, saya tidak menunda besok-besok lagi, saya langsung menontonnya dari awal sampai akhir. Beda dengan yang biasanya saya lakukan pada film film comedy romantic yang terkadang alur dan cerita kurang segar dan cenderung monoton. Film imperfect ini ternyata menyuguhkan yang berbeda. Penonton dibuat bertanya-tanya part apa selanjutnya yang akan terjadi. Maka tidak heran pada tahun 2022 film ini mengeluarkan rilis ke duanya berupa film series web. Sebelumnya menyelam dalam beberapa pembahasan, saya ingin mengingatkan bahwa tulisan ini bukan bermaksud untuk spoiler. Jadi, sebelum baca lebih jauh tulisan ini, coba nonton dulu filmya. Lalu balik lagi ketulisan ini. Di tulisan ini saya ingin mengulas tokoh utama, pedamping serta tiga anak kos yang keberadaanyalah film ini menjadi hidup. Dalam film ini, saya menyadari bahwa tokoh utama yang bernama Rara diceritakan secara beruntun mengapa dia menjadi seincure itu untuk menjalani hidup. Sebuah perbandingan fisik, kasih sayang dari kecil ternyata bisa menyebabkan seseorang mengalami sifat sifat yang secara psikologi membawa dampak buruk. Ayah yang dari dari kecil selalu mendukungnya pergi untuk selama lamanya, membuat psikologinya semakin memburuk. Ternyata ketika seseorang yang kita sayangi pergi untuk selamanya yang pertama kali orang alami adalah kesedihan mendalam, kehilangan arah, penolakan (denial), marah, rasa bersalah, takut, cemas serta pada fase kerinduan yang mendalam dan baru penerimaan kenyataan. Dalam film ini, si tokoh utama dibuat melalui fase tersebut dengan menyalurkan hobi makan coklatnya yang seolah olah menjadi solusi. Ibunya dan adiknya yang berbanding terbalik dengan hidupnya menjadikannya terlihat semakin menyedihkan. Dari film ini juga, terlihat peran laki-laki dalam kehidupan seorang perempuan memang sangat dibutuhkan. Ketika kecil dukungan ayahnya yang menerima Rara apa adanya menjadikan sosok Rara menjadi periang dan pede dengan keadaanya. Begitupun ketika dia dewasa sosok laki-laki bernama Dika yang tidak lain adalah kekasihnya, menerima dia apa adanya dan selalu mendukung apa yang dia lakukan. Namun, lingkungan kerja yang membuatnya terus merasa rendah diri membuatnya berubah menjadi bukan dirinya. Sahabatnya yang selama ini menemaninyapun sampai dia tidak pedulikan lagi karena stylenya sudah tidak sesuai dengan dirinya. Dalam film ini ada yang sangat unik selain dari tokoh utama yang menonjolkan perubahan. Yaitu tiga orang perempuan yang nge kos dirumah Dika. Mereka memberikan warna pada film ini dan merekan kunci film ini disebut comedy. Film ini menurut saya sangat bagus, baik dari segi pengemasan cerita, sinematografi, dan unsur detail lainnya. Namun, di film ini hanya ceritakan perempuan saja yang dbuat insecure dengan penampilan apakah kaum laki-laki tidak? Misal di selipkan dibagian tiga anak kos. Karena diceritakan tiga anak kos inipun perempuan semua dan mereka merasa insecure juga dengan penampilan masing-masing.